"Segalanya
Tak Akan Indah jika Sistem Belum Diubah"
Kisah dibawah ini hanya sekedar opini belaka dari si penulis, untuk mengantar para pembaca melihat kondisi jika sudah masuk dalam dunia kerja.
Lanjut kisah, idiealnya bocah seumurannya seharusnya masih disibukkan dengan dunianya menghabiskan masa kanaknya untuk bermain dengan teman sebaya tanpa harus menghiraukan pekerjaan yang sudah selayaknya dikerjakan oleh orang tuanya. Emmak sang bocah memang masih muda disekitaran 37 tahun, namun bisakah seorang perempuan muda itu mendapatkan pekerjaan yang layak seperti perempuan yang lainnya? Di lain sisi bahkan mengeyang bangku pendidikan pun tidak pernah dalam hidupnya. Karna bisanya hanya mencuci dan memasak kadang-kadang si emmak menerima panggilan untuk membantu memasak di acara-acara tertentu yang gajinya juga tidak seberapa. Keluh kesah terkadang keluar dari rongga melutnya yang mengeluh akan begitu susah bertahan hidup pada saat ini. Namun apa boleh buat? Lagi-lagi keadaan yang mendesaknya untuk tetap bekerja. Tidak ada waktu sengang untuk sang anak semuanya dihabiskan hanya untuk mencari uang begitu pula sebaliknya sang anak juga tak punya waktu senggang untuk si emmak di karenakan harus juga membantu kondisi perekonomian."Disini saya juga teringat pepatah yang mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Mungkin itu yang sedang terjadi dalam kehidupan keluarga sang bocah dan emmaknya yang masih muda itu.
Hampir lupa saya memberikan penjelasan terkait abah sang bocah. Abahnya adalah seorang pekerja keras. Ia bahkan mengerjakan segala sesuatu selama pekerjaan itu masih halal dalam pandagan agama. Sebenarnya kehidupan keluarga kecil itu dulu sempat berada pada posisi sederhana tetapi semenjak sang abah meninggal dalam kecelakaan kerja, berubahlah 180 derajat hidupnya seperti sekarang ini. Abahnya dulu bekerja disebuah perusahaan ternama dan posisi yang diambil dalam pekerjaan itu juga cukup bagus dengan gaji yang memadai untuk kehidupan sehari-hari bahkan masih memiliki sisa untuk ditabung.
"Kronologi kecelakan kerja si abah"
Saat itu abah dari bocah itu berangkat dari rumah sekitaran jam 7 pagi di karenakan harus apel. Pagi itu, tanpa menyantap sarapan yang di buat oleh si emmak, si abah langsung bergegas tanpa menggubris salah satu penghuni yang ada dalam rumah itu, tapi orang dirumah sudah terbiasa dengan hal itu bukan kali pertama si abah bertingkah begitu yah alasannya tentu karna tuntutan pekerjaan sebab jika si abah terlambat apel pagi maka gaji juga berkurang.
Sesampai di tempat kerja setelah apel pagi, para pekerja bersiap-siap untuk mengurusi pekerjaannya masing-masing, juga si abah tanpa menghiraukan teman sekerja meskipun mereka sudah saling kenal sebab ada aturan yang di berlakukan untuk para pekerja dilarang bertegur sapa ketika masih jam kerja. Sampai pada saat nasib buruk itu tiba, mobil truk besar yang dikendarai si abah jatuh kedalam jurang di karenakan remnya yang kurang berfungsi dengan baik dan seketika si abah meninggal dalam genggamannya yang masih memegang kemudi setir mobil truk itu. Mendengar berita itu, sang bocah bersama emmaknya langsung bergegas kelokasi kecelakaan. Derai tangis tak terelekkan kehilangan yang paling mendalam dirasai si anak dan emmak. Mungkin dalam pikiran si emmak semua beban hidup akan jatuh padanya sebab si abah sudah meninggal. Dan memang itu yang terjadi bahkan bukan saja si emmak begitu pula dengan sang bocah, juga harus ikut menanggung beban. Pengharapan mendapatkan uang pesangon dari perusahaan sebagai bentuk belasungkawa hanya angan belaka pemilik perusahaan hanya memberika kata-kata duka cita. Tanpa memikirkan dan mengingat hal-hal apa yang telah dilakukan si abah untuk tetap perusahaan beroprasi dan lebih besar lagi.
Apa yang mampu di tarik
sebagai benang merah dalam kisah singkat tersebut?
Dalam kehidupan sekarang ini, sistem telah membuat kita lupa akan kita yang telah dijajah tanpa moncong senjata melainkan hegemoni dunia kerja yang tidak menguntungkan bagi setiap pekerja. Bentuk alienasi dalam dunia kerja seperti yang dikisahkan diatas dimana si abah sudah menghilangkan sebagian perhatiannya kepada keluarga kecilnya karena tuntutan dalam dunia kerjanya. Pekerjaan telah memberikan aleniasi kepada si abah dengan anak, si abah dengan emmak, bahkan waktu senggang dalam keluarganya pun telah hilang karna tetap harus memikirkan pekerjaan.
Ini hanya sampel kecil kisah kehidupan para pekerja dalam dunia industri di lain waktu akan ku lanjutkan kisah ini, mungkin dengan judul yang berbeda tetapi dengan substansi isi bacaan yang sama.
“Muhammad Iqbal”
Kader IMPS Koperti UIN AM