Selasa, 10 Oktober 2023

DIFFERENCE

Difference (perbedaan)

Suatu ketika seorang pemuda mendatangi suatu desa dengan perawakan yang sedikit gondrong dan bertattoo. Pada saat itu salah satu rumah di desa tersebut terjadi peristiwa kemalingan di siang hari, seketika didepan rumah sang korban menjadi ramai. Tiba-tiba lewatlah sosok yang dengan perawakan gondrong dan bertatto, dialah La Baco. La Baco berjalan melintasi rumah korban tersebut, namun perjalanan La Baco dihentikan oleh warga yang sedang berkumpul tadi. Tanpa pikir panjang, warga yang berkumpul itu mengeroyok La  baco, hanya karena dia berambut panjang dan bertatto sehingga warga mengira La Baco inilah pelaku dari pencurian tadi. Bagaimanakah perasaan La Baco yang dihukum tanpa diberikan kesempatan untuk menjelaskan dirinya?

Tapi ini bukan tentang La Baco. Ini tentang perumpamaan kita  dalam kehidupan Islam sekarang, terkadang kita hanya bisa menghakimi seseorang sesaat tanpa memberikan orang lain kesempatan untuk menjelaskan pemahamannya. Kita sibuk menjudge pemahaman orang lain adalah ajaran yang sesat dan tidak pernah berniat untuk mengkaji lebih dalam hal tersebut. Jangankan mengkaji pendapat dari orang lain, untuk mengkaji pendapat apa yang kita yakini saja sebagai kebenaran pun tidak pernah kita kaji sedangkal mungkin. Namun dengan gagahnya kita mengklaim bahwa yang memiliki kebenaran mutlak adalah kita sendiri dan yang lainnya adalah orang-orang yang sesat.

Apakah seperti itu yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW.? Bukankah Rasulullah datang sebagai رحمة للعالمين, sedangkan ketika kita maknai kata rahmat itu, maknanya adalah kasih sayang. Apakah mencerminkan ajaran yang dibawa Rasulullah sebagai ajaran kasih saying, jika kita hanya sibuk menjudge orang lain sebagai orang sesat bahkan sampai memusuhi orang tersebut. Pada hakikatnya, perbedaan itu terdapat keindahan didalamnya.

Dalam salah satu adagium populer: Ambillah hikmah walau dari mulut anjing sekalipun. Sebagai muslim yang cinta terhadap perbedaan, tidak semestinya kita memusuhi orang yang berbeda pemahaman dengan kita. Parahnya lagi, perbedaan itu menghasilkan suatu kedengkian hingga membuat perpecahan didalam internal kita itu sendiri.

Juga sedikit mengutip dari perkataan Ki Hajar Dewantara: “Setiap manusia adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Ini sejalan dengan adagium yang disebutkan tadi bahwa kita jangan menilai sesuatu hanya dari siapa yang mengatakannya, akan tetapi nilailah dari apa yang diucapkan oleh orang tersebut.

Tidakkah kita belajar dari kisah dari Zaid bin Tsabit dan Ibnu ‘Abbas? Zaid bin Tsabit al-Anshari dan Ibnu 'Abbas bukanlah dua orang yang selalu sepakat dalam hal pemikiran. Keduanya yang merupakan ahli fiqih tercatat pernah berselisih pendapat seputar bab warisan (farâidl). Hanya saja, kearifan dan akhlak terpuji mereka menjadikan perbedaan itu sebagai sesuatu yang wajar.

Jadi sebagai Muslim intelek kita harus cerdas dalam menghadapi suatu perbedaan. Bukan membenci yang berbeda dengan kita, juga tidak saling menjelekkan karena perbedaan yang kita hadapi. Disitulah letak keindahan daripada budaya To Ugi yaitu Tudang sipulung. Kita duduk bersama untuk saling menghargai perbedaan yang terjadi ditengah-tengah kita. Sehingga apa yang dirasakan La Baco tidak dialami oleh orang yang pendapatnya minoritas disekitar kita.

Sekian,

Wassalam..


Belajar, Berjuang, Bertaqwa.

Selasa, 10 Oktober 2023

 

Penulis: Kader IMPS Koperti UINAM

Editor: Neylaa Khadijah Dwysezha AS (Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Periode 2023-2024)

Seremoni Hari Lahir

Saya awali dengan seremoni hari lahir yang menjadi tanda masih ada atau tidaknya pemilik sebuah nama.

Katanya, tepat di hari ini usia kapal tua yang diberi nama IMPS Koperti UIN AM berumur 25 tahun. Kenapa kapal? Karena saya lebih senang mengibaratkannya sebagai kapal!

Perjalanan yang begitu panjang melahirkan ragam dinamika yang sekiranya dapat kita jadikan refleksi dan introspeksi sebagai bekal mengarungi samudera-samudera yang lebih ganas dan tentunya belum pernah terjama. 

Tulisan ini mungkin tidak terlalu panjang, mengingat budaya membaca sudah tidak lagi populer di kalangan generasi, takutnya surat ini juga tidak terbaca.

Okee,

Salam hangat kepada seluruh insan pengabdi, mengawali tulisan ini, saya ingin menyampaikan satu pertanyaan.

Apa yang spesial dari kelahiran? apakah kegembiraan, kesedihan, atau kesesalan?

Bagi saya, tidak dari ketiganya . 

Hari lahir menjadi titik awal sesuatu itu bermula, ada sejarah dibalik berdirinya sebuah organisasi, sejauh mana kita memahami dan sudah sampai mana kita melaksanakan.

Perkembangan zaman tentu tidak bisa kita hindari, tapi ada nilai yang juga harus menjadi prioritas melampaui seluruh perubahan yang terjadi di tubuh organisasi.

Sebagai mana yang tertulis di paragraf ketiga, ada refleksi dan introspeksi yang terkadang kita lupakan. Dalam kehidupan berorganisasi, tidak hanya bercerita tentang jabatan dan dominasi pribadi. Jika hal itu terus terjadi, maka kemerdekaan dan profesional dalam bertindak dan berkarya menjadi sangat sulit kita dapatkan.

Apa salahnya memberikan hak penuh kepada kader? Biarkan mereka yang mengambil keputusan tentang apa yang akan mereka lakukan. Kata saya selalu, lakukan saja apa yang kalian mau, selagi hal itu tidak dilarang oleh konstitusi maka laksanakan dengan sepenuh hati.

Selain peringatan hari lahir, di bulan ini juga terkadang erat dengan cerita tentang siapa lagi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan didalam organisasi ini, kita semua mungkin sudah paham bahwa hal itu memang harus dibicarakan tapi bukan dengan ego sektoral apalagi ego sesaat. Karena biasanya hanya panas seketika dan mendingin selamanya, xixixixi.

Teruntuk yang masih panas-panasnya berproses dalam organisasi (jika masih ada). Pesan saya jangan hanya terfokus kepada jabatan struktural, sebab sudah sama-sama kita pahami bahwa struktur dalam organisasi itu hanya ajang pembelajaran, bukan sesuatu yang harus dipertarungkan sampai mati. Cukup pantaskan dirimu dan lakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang kader.

Saya mengutip ungkapan dari salah satu senior bahwa “jika ingin memetik, maka tanamlah terlebih dahulu”. Sekiranya penggalan ini bisa menjadi motivasi bahwa tunaikan dulu segala kewajibanmu sebagai seorang kader, setelah itu akan ada masanya juga dimana sama-sama kita akan menguji dan menentukan siapa yang pantas melanjutkan cita-cita luhur organisasi, bukan hanya datang karena jabatan dan pulang dengan kesombongan.

Terakhir,

Perihal menurunnya minat seseorang dalam berorganisasi, itu sudah menjadi masalah universal. Tugas kita hanya satu, jangan pernah berhenti bergerak! Sedikit banyaknya, berkualitas atau tidaknya itu menjadi urusan kesekian. Jangan jadikan kuantitas sebagai parameter keberhasilan! Yang terpenting adalah tetap berjalan sebagai mestinya organisasi.

Mungkin itu saja, selebihnya silahkan maknai sendiri, apakah salah satu dari kita masih berpikiran seperti apa yang telah tertulis di atas, jika iya.. ayo sama-sama berbenah.

Sampai jumpa di forum yang lebih serius.

Jika dengan tulisan ini anda terpanggil untuk kembali mengabdi, pastikan tidak ada lagi yang terlupa agar tidak ada alasan untuk kembali hilang.


Belajar Berjuang Bertaqwa.

Selasa, 10 Oktober 2023


Penulis: Angga Winanda (Demisioner Ketua IMPS Koperti UINAM Periode 2021-2022)

Editor: Nur Alisah (Anggota Bidang Informasi dan Komunikasi Periode 2023-2024)


DIFFERENCE

Difference (perbedaan) Suatu ketika seorang pemuda mendatangi suatu desa dengan perawakan yang sedikit gon d rong dan bertattoo. Pada saat ...